APRESIASI DESAIN ALBUM ANTI RIHANNA

21.16.00 kiki 0 Comments

















0 komentar:

Jalan Raya, Jalan Tol ke Akhirat

20.55.00 kiki 0 Comments



Seperti air mengalir yang mengisi ruang yang kosong, seperti itulah perilaku pengguna jalan di Indonesia. Jalan raya yang harusnya menjadi penyambung jalan ke rumah, seringkali malah jadi pemberhentian terakhir di dunia. Lantas, siapakah dalang dibalik tingginya angka tragedi kecelakaan lalu lintas?

Saat melihat berita di televisi dua hari yang lalu, saya sempat terkejut melihat angka kecelakaan selama musim mudik yang sangat tinggi. Dari laporan berita di Metro TV, Setidaknya ada 856 kasus kecelakaan selama lima hari arus mudik. Lima puluh persennya adalah pengendara kendaraan roda dua. Sedangkan, angka korban meninggal mencapai 170 jiwa lebih.

Padahal angka ini sudah menurun dibandingkan angka kecelakaan tahun lalu. Lebaran tahun lalu, ada 1000 lebih kasus kecelakaan lalu lintas dengan 200 lebih korban jiwa. Bukankah angka ini sangat mengerikan? Bayangkan saja, ada 200 keluarga yang harus memakamkan sanak keluarganya saat harusnya menghapus rasa rindu di Hari Raya Idul Fitri.

Masyarakat tentunya punya seribu satu alasan untuk menyalahkan berbagai pihak. Mulai dari pemerintah yang dituduh melakukan korupsi dana pembangunan jalan,  infrastruktur yang tidak memadai, hingga supir bus yang ugal-ugalan. Namun, sebenarnya, jika kita mau jujur pada diri sendiri, kita sendiri adalah dalangnya.

Tentu saja tidak ada yang bisa menghindari musibah jika memang sudah digariskan. Namun, kita juga harus bercermin pada perilaku berkendara kita. Salah satu pengajar saya pernah bertanya di kelas Manajemen Pemasaran, siapa yang harus disalahkan ketika terjadi banyak sekali kecelakaan lalu lintas karena bus ugal-ugalan?

Jawaban kami pun klasik. Supir bus yang egois, supir bus yang mengantuk, supir bus yang cuman peduli duit tapi tidak keselamatan. Namun, kami terhenyak ketika beliau mengungkapkan yang salah ya kita sendiri. “Bayangkan saja bila ada bus yang jalannya pelan, hati-hati. Masak laku?” celetuk beliau saat itu.

Di saat yang bersamaan, jawaban tersebut juga terkait pada hal yang lebih besar, yakni perilaku berkendara masyarakat di Indonesia. Perilaku yang bagaimana? Tentunya perilaku berkendara yang berorientasi asal cepat sampai. ‘Asal’ karena mayoritas pengguna jalan di Indonesia hanya memperhatikan faktor cepat, bukan keselamatan.

Di kelas yang sama, saya juga sempat membaca penelitian perilaku konsumen yang mengungkapkan kalau keselamatan dan ramah lingkungan adalah dua hal yang paling tidak popular di kalangan konsumen Indonesia. Lengkap lah sudah jawaban mengapa angka kecelakaan di Indonesia amat besar.

Tidak perlu jauh-jauh mencari paper atau berbagai penelitian. Lihat saja sekeliling kita, atau mungkin pada cermin juga. Sudahkah kita memakai helm bahkan di jalan yang tidak dijaga polisi? Apakah kita menarik gas atau rem ketika lampu lalu lintas berubah kuning? Apa kita menyalakan lampu isyarat ketika akan mendahului kendaraan di depan kita? Apa kita ikut membunyikan bel ke kendaraan di depan kita padahal lampu belum hijau?

Tak perlu menjawab pertanyaan di atas keras-keras. Karena tulisan ini bukan ajang pembuktian diri atau pengakuan dosa. Kesalahan diatas mungkin sangat umum di lingkungan kita. Namun, dosa bersama atau tidak, perilaku tersebut merupakan contoh kontribusi kecil kita pada tingginya angka kecelakaan di negeri ini.

Dalam tingkat ekstrim, saya melihat sendiri banyak motor yang berani mendahului bus, padahal bus 
sudah menyalakan lampu isyarat belok. Ironis bukan? Padahal kita yang memberi bus reputasi sebagai jagal jalan raya. Namun, seperti kambing yang memasukkan kepalanya ke mulut singa, kita sendiri yang bermain dengan maut.

Tentu saja selain perilaku pengguna, banyak faktor lain yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Misalnya saja ‘ranjau’ jalan raya yakni lubang jalan menganga, jalur kereta api tak berpalang, jalan beraspal yang tidak rata hingga faktor alam seperti cuaca. Namun harusnya faktor tersebut dibarengi dengan peningkatan kewaspadaan pengguna jalan. Bukan malah menjadi arena balapan dan atraksi menghindar dari rintangan layaknya film action Hollywood.

Jika kita masih berperilaku berkendara ugal-ugalan, ingatlah kita bukan satu-satunya yang akan rugi apabila terkena musibah kecelakaan. Tak apa kalau kita sendiri yang rugi, bagaimana kalau karena kelalaian kita, orang lain yang jadi korbannya? Masih bisakah uang ganti rugi kita menghapus duka keluarga korban kelalaian kita?

Untuk itulah, sebagai pengguna jalan raya kita harus senantiasa memperhatikan etika berkendara. Terutama bagi mereka yang harus kembali ke perantauan di arus balik lebaran saat ini. Pengendara harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan dalam berkendara. Hal ini mengingat kepadatan kendaraan yang berkali lipat dari biasanya. Jangan sampai jalan raya yang dibangun untuk memudahkan jalan pulang, malah menjadi jalan tol kita ke akhirat.

Saktia Golda S
Mahasiswa Jurusan Desain Produk IndustrI 
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Angkatan 2013








0 komentar:

Merakit Mimpi Dari Bumi Cenderawasih: Kisah Mahasiswa Papua di ITS

11.02.00 kiki 2 Comments




Dari timur mereka berangkat, dengan sekantong mimpi dan segenggam tekad. Kolam susu dan tanah madu mereka tinggalkan, untuk segulung ijazah dan sebongkah kebanggaan. Dari timur mereka berhijrah menyentuh barat. Dan di Kampus ITS ini, kisah putera Jayapura ini dimulai.


Hitam kulit keriting rambut aku papua, biar nanti langit terbelah aku papua.

Lirik lagu Tanah Papua karya Endo Kondologit ini nampaknya sangat tepat menggambarkan sosok Junus Martin Alberto Bareck, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dari Papua. Berjalan dengan pakaian rapi dan langkah percaya diri, Junus menembus gerombolan mahasiswa lain yang memiliki ciri fisik yang berbeda dengannya.

Meskipun tak berkulit sawo matang dan berambut ikal layaknya masyarakat Indonesia kebanyakan, Junus tidak pernah terlihat kikuk. Dengan logatnya yang khas Indonesia timur dan cara berbicaranya yang ekspresif, Junus menceritakan mengenai kehidupannya di kampus perjuangan selama tiga tahun belakangan.

Kisah Junus dimulai di pertengahan tahun 2013 di tanah Raja Ampat, tempatnya menimba ilmu selama satu tahun terakhir. Saat itu, Junus baru menerima kabar bahwa dia diterima di ITS Jurusan Teknik Elektro. Tak hanya itu, Junus juga mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Daerah Papua untuk menimba ilmu di ITS bersama enam siswa papua lainnya.

Rasa antusias berbalut gugup menyelimutinya, memikirkan kehidupan baru jauh dari bumi cenderawasih yang menimangnya sejak kecil. Apalagi, nanti dia juga harus hidup jauh dari orang tua yang masih membujuknya untuk tinggal.

Maklum, nama ITS tak begitu mentereng di Papua. Apalagi tak banyak kawannya dari Papua yang cukup punya nyali untuk meninggalkan kampung halamannya. Kebanyakan temannya masih bahagia hidup bersama dayung dan kano di perairan Raja ampat. Memungut dolar dan euro dari turis yang datang dari jauh untuk mencicipi secuil surga di bagian paling timur Indonesia.

Namun, Junus memiliki pemikiran berbeda. Waktu itu, putera semata wayang ini masih dibungkus idealisme dan hasrat untuk membuktikan diri. Bayangan mampu membawa pulang gelar sukses di tanah orang begitu membuai hingga tekadnya membulat untuk melenggang.

Namun beda harapan, beda lagi dengan kenyataan. Bulan awalnya menginjakkan kaki di ITS adalah saat yang paling menguji kekukuhan mimpinya. Ketika pertama menjalani tahap awal pengenalan di ITS, Junus mengaku dihantam rasa tidak percaya diri dan kegugupan yang hebat.

Hal ini karena dia minder dengan kamampuan akademisnya dibanding teman seangkatannya dari Jawa. Maklum, membandingkan pendidikan sekolah di Jawa dan Papua memang seperti membandingkan Langit dan Bumi.

Bila di Jawa siswa kelas tiga SMU sudah bangun dari liburnya dan mulai pengayaan ujian nasional, di Raja Ampat Junus harus berkutat dengan buku biologinya seorang diri karena tidak ada guru biologi di sekolahnya.

Jam yang harusnya digunakan untuk belajar juga acapkali diberhentikan karena banyak alasan. Mulai dari guru yang tidak menghadiri jam mengajarnya, hingga demonstrasi dari forum pembela Papua Barat Merdeka yang acapkali memutus jalan Junus ke sekolahnya.

Setelah berdiskusi dengan Dr Ismaini Zain MSc, ketua BAAK waktu itu, Junus memutuskan untuk bertolak dari Jurusan Teknik Elektro ke Jurusan Arsitektur. Dia mengaku khawatir dengan kualitas pendidikannya di Raja Ampat, dia tidak akan mampu mengejar ketertinggalannya dengan mahasiswa lain dari Jawa.” Apalagi Jurusan Teknik Elektro memiliki reputasi membuat botak mahasiswanya,” ujarnya. Dia mengaku tidak menyesal dengan keputusannya. “Malah kalau saya tetap di Teknik Elektro, saya mungkin sudah hengkang dari ITS sejak lama,” ucapnya disambut dengan kelakar tawa.

Menurutnya, tidak banyak kampus seperti ITS yang memberikan begitu banyak perhatian untuknya dan kawannya dari Papua. Ketika awal masa kuliah, mahasiswa dari Papua dikumpulkan untuk diberikan pengarahan. Dia ditawari untuk mengikuti berbagai les untuk mata kuliah awal seperti kalkulus dan fisika dasar secara gratis.

Namun jika berbicara tentang awal masa kuliahnya di ITS, bu Isma, panggilan akrab Junus pada ketua BAAK pada saat itu adalah sosok yang paling berkesan untuknya. Baginya, Isma tidak sekedar dosen biasa. Namun juga sosok ibu yang menggantikan orangtuanya yang jauh.

Isma memahami betul jika banyak mahasiswa Papua yang susah bertahan di ITS baik karena beban kuliah yang sangat besar, maupun karena tekanan pergaulan. “Beliau juga selalu bertanya secara pribadi apa ada masalah, apa beasiswanya sudah cair. Bahkan kalau belum, Bu Isma bersedia memberikan pinjaman,” kenangnya dengan penuh sayang.

Junus mengaku jika beban tugas dan mata pelajaran di Papua memang tidak ada apa-apanya dibandingkan sekolah di Jawa. Bertumpuk tugas dan hantaman kuis dengan nilai mengenaskan tentunya memicu rasa frustasi yang besar dari mahasiswa asal papua. “Apalagi di Universitas papua, banyak jam kosong dan hari libur,” ungkapnya sambil terkekeh.

Sayangnya hal ini juga membuat banyak mahasiswa dari papua sulit bertahan di ITS. Dari angkatan 2012 saja, Junus mengaku banyak yang akhirnya pulang ke Papua atau pindah kuliah di Universitas Widya Kusuma (UWK) yang memiliki lebih banyak mahasiswa papua.

Di angkatannya 2013, kini tinggal dia dan temannya dari Jurusan Perencanaan Wilayah Kota (PWK) yang masih sanggup bertahan. Dua yang lain memutuskan untuk pindah ke UWK, satu lagi malah sudah pulang ke Papua.

Rasa frustasi mereka seringkali bertambah buruk  karena tidak semua mahasiswa papua dapat berbaur dengan mudah bersama mahasiswa lain. Akhirnya banyak yang malas berangkat kuliah, atau lebih parah lagi, melampiaskan rasa frustasinya ke minuman keras.

Hal itu juga yang sering memicu permasalahan mahasiswa Papua dengan warga sekitar. Contohnya saja di Yogyakarta. Mahasiswa papua seringkali tidak berteman dengan mahasiswa lain diluar papua, tidak ada juga sosok yang bisa memotivasi mereka seperti Isma. Tekanan akademis, pergaulan dan rendahnya motivasi akhirnya menjerumuskan mereka ke kebiasaan buruk.

Memang berbaur dengan mahasiswa lain dari Jawa adalah tantangan tersendiri. Junus beruntung karena dari kecil dia hidup di Jayapura yang menjadi rumah bagi banyak pendatang dari Jawa dan Sulawesi. Hidup bersama masyarakat Jawa dan bagian Indonesia lain sudah bukan menjadi hal asing baginya.

Namun, memang terkadang banyak hal kurang mengenakkan yang disampaikan oleh sesama temannya. Ketika masih awal memasuki kuliah, Junus mengenang sebuah momen menyebalkan ketika salah seorang pengajar ITS bertanya apa mata uang papua masih rupiah atau sudah dolar.

Di Jawa, banyak juga yang tidak tahu kalau masyarakat Papua sudah punya jalan raya, punya kota sekelas kota besar di Jawa. “Dan sepertinya banyak juga yang tidak tahu orang Papua sudah tidak pakai koteka sejak lama,” sindirnya.

Junus juga mengaku sempat terintimidasi mahasiswa lain yang berasal daeri daerah Jakarta dan sekitarnya. Namun seiring berjalannya waktu, dia menyadari tidak terdapat perbedaan signifikan antara orang Jakarta dan orang daerah. “Dari tingkat kepandaian ya sama saja. Kalau gaya hidup itu baru beda,” ujarnya sambil tertawa.

Namun hal itu berbeda dengan mahasiswa Papua dari daerah pegunungan. Mahasiswa papua dari daerah pegunungan jarang menemui masyarakat daerah lain, sehingga mereka butuh waktu lama untuk beradaptasi.

Ketika Junus sudah mampu membentuk ikatan persahabatan dengan teman kuliah lain, mahasiswa ini biasanya malah mengurung diri dengan pikiran negatif dan membatasi pergaulannya. “Mereka bilang orang sini sering rasis, padahal ya mereka sendiri yang kurang membuka diri,” ungkapnya.

Hal ini juga sering memusingkan pihak ITS. Junus mengenang, Isma sendiri sering turun tangan untuk membujuk mahasiswa Papua untuk berangkat kuliah. Tak tanggung, Isma  juga ikut mencari dan menelepon jika ada mahasiswa papua yang tidak pernah berangkat kuliah. “Saya dan teman saya yang marah. Kami bilang biarkan saja bu! Orang kurang ajar seperti itu tidak perlu dicari,” kenangnya dengan geram.

Di lingkup pergaulan, hal ini juga seringkali mendapat sorotan. Di kegiatan pengkaderan, baik dirinya maupun teman-temannya seringkali dianggap tidak aktif karena jarang berkumpul dengan angkatan atau kakak kelas. “Kita sudah punya cukup tekanan tanpa ditambah tekanan dari senior dan pengkaderan,” candanya.

Namun, dia mengakui jika salah satu cara untuk meredam rasa frustasi akibat kuliah adalah dengan menemukan teman untuk bermain maupun belajar. Junus sendiri telah berhasil menemukan motivasi ketika berkawan dengan dua sahabatnya dari daerah Nangroe Aceh Darussalam (NAD) dan mahasiswa Batak asal Sumatera Utara. “Kami sering dipanggil geng Sabang-Merauke karena berasal dari ujung barat dan timur Indonesia,” celetuknya.

Teman-temannya ini yang menjadi sandarannya untuk terus bertahan di ITS meskipun harus banyak mengejar ketertinggalan. Selain itu, ada juga sosok Wawan Ardiyan S ST MT yang mengajarnya dalam mata kuliah komunikasi arsitektur. Ketika belajar di kelas Wawan, Junus mengaku sangat gugup karena dia sama sekali belum pernah belajar gambar persepektif di sekolahnya.

Alih-alih memarahinya, Wawan dengan telaten mengajari Junus cara menggambar perspektif dengan benar. Hal tersebut adalah momen yang sangat dihargai oleh mahasiswa penyuka travelling ini. “Dari banyak cerita yang saya dengar, sepertinya ITS termasuk yang paling mendukung dan kondusif untuk mahasiswa papua,” akunya.

Namun butuh usaha dan kemauan keras bagi mahasiswa papua, terutama dari daerah pedalaman untuk bisa bertahan di institusi dengan beban akademis yang jauh berbeda dengan kampung halamannya. Junus sendiri mengaku beberapa kali terpikir untuk menyerah dan pindah kampus saja. “Pemda hanya mensyaratkan kita pulang bawa ijazah. Tidak peduli ijazah S1, D1 atau di kampus lain,” ujarnya.

Namun rasa frustasinya akhirnya takluk dengan harga dirinya. Kehidupan merantau di ITS adalah jalan hidup yang dipilihnya meskipun orangtuanya dahulu memintanya kuliah di papua saja. Junus tidak mau menjilat ludahnya sendiri hanya karena lelah dengan kuliahnya. “Untuk itulah saya tidak mau pulang sebelum sukses,” ungkapnya.

Kini Junus akan segera memasuki semester tujuh, yang berarti masa studinya tinggal satu tahun lagi di ITS. Menengok kebelakang Junus merasa bangga karena berhasil bertahan saat banyak teman-temannya telah mengibarkan bendera putih.

Junus mengaku indeks prestasinya memang masih tidak special jika dibandingkan temannya yang sudah banyak mencapai indeks prestasi Cum Laude. Namun mereka juga tidak melalui jalan menanjak yang dipilihnya.

Hidup bermodal tekad, mengayuh jalan dengan kerja keras dan keringat. Menjembatani perbedaan, mengikat tali persahabatan. “Dan tentunya menjadi manusia yang lebih kuat dari sebelumnya,” pungkasnya sembari tersenyum. 


Catatan:
  1. Tulisan ini awalnya dibuat untuk tulisan feature untuk Majalah ITS Stories, project ITS Online bersama BIBV ITS. Namun karena kendala dengan birokrasi, akhirnya kisah ini belum bisa naik.
  2. Karena saya juga tidak yakin apakah tahun depan saat si Junus lulus (insyaallah) berita ini akan terbit, saya memutuskan post disini.

2 komentar:

Let Go and Let God Decide

10.40.00 kiki 1 Comments




Kita selalu berbicara mengenai usaha. Dalam Islam, Allah berfirman tidak akan Allah mengubah nasib suatu kaum jika dia tak berusaha mengubahnya. 

Maka dari itu, dari saat membuka mata hingga menutup mata, kita dituntut untuk selalu berusaha. Entah berusaha mengejar sesuatu atau mempertahankan sesuatu.

Namun ada satu jenis usaha yang begitu penting, namun sangat sering dilupakan. Dan lebih sering lagi, sangat sulit dilakukan. Usaha itu yakni berusaha melepaskan.Istilah populernya ikhlas. 

Kita memang bisa berusaha dengan begitu berapi-api, karena tiap manusia dilahirkan untuk merubah sesuatu. Entah itu merubah peradaban, atau perubahan yang paling kecil, yakni merubah suasana hati teman.

Namun ada batas, dimana kita memang harus tahu kapan kita harus berhenti berusaha. Bukan karena kita menyerah, namun karena ada hal-hal diluar batas kemampuan kita untuk mengubahnya.

Batas itu adalah milik Tuhan, dan berusaha melanggar batas itu harus membuat kita membayar sebuah resiko. Entah resiko itu akhirnya akan menyakiti diri kita sendiri, atau malah menyakiti orang lain.

Dulu berusaha dan loyalitas adalah suatu hal yang paling saya agungkan. Namun ada suatu pelajaran, yang tidak perlu diceritakan, yang membuat saya memahami seni melepaskan.

Seperti kata Khalil Gibran:
Jika kau mencintai sesuatu, lepaskanlah
Dan jika dia kembali padamu, maka dia adalah milikmu sejak awal
Namun jika dia tidak kembali, maka dia bukan milikmu sejak awal.

Bukan hanya dalam lingkup romansa lho. Ujian hidup berupa melepaskan seringkali hadir tanpa kita sadari. Seperti ketika kita terlalu keras berusaha menjadi pribadi sempurna, atau ketika kita terlalu berusaha bertahan dalam suatu organisasi dan kepanitiaan padahal sudah tidak mungkin. Atau mungkin terlalu berusaha mempertahankan teman, meskipun jalan hidup kita sudah bercabang ke arah berbeda.

Namun seperti biasanya, kehidupan bukanlah guru yang penuh welas asih. Terkadang kita harus tersakiti dahulu baru kemudian kita dapat memetik pelajaran. 

Tapi ingat, seperti kata teman saya dulu, kita tidak perlu mengalami semua kepahitan dalam hidup untuk memetik pelajaran. Waktu kita tidak akan cukup. Kita bisa melihat pengalaman orang lain, dan belajar dari sana untuk menjadi orang yang lebih bijak.

Untuk itu, berusahalah, dalam batas wajar. Namun pandailah mengamati, kapan kamu harus terus berlari,
Dan kapan kamu harus berhenti. 

Dan jangan pernah khawatir dianggap lemah karena berhenti berusaha. Karena sesungguhnya melepaskan adalah ujian yang paling berat, untuk menyerah pada kuasa Sang Pencipta, untuk pasrah. Untuk itulah, Tuhan selalu mencintai orang yang Ikhlas.



Note:
Sebuah catatan di status line yang tidak pernah terbit, karena dulu menulisnya saja sudah terasa menyakitkan. Semoga bisa memberi pelajaran.

1 komentar:

Embracing Your Flaws

10.54.00 kiki 0 Comments




There is a crack, a crack in everything
That's how the light get in
- Leonard Cohen, Anthem

Sometimes we are torment ourselves with things we couldn't change. We let ourselves fighting with what ifs and drown ourselves in a limbo of our past.

Sometimes it is easier to judge ourselves and blaming all the faults to ourselves even when it is not. Because saying 'I don't have option' or 'I can't do anything' sounds so helpless, and we don't like it.

However, those things don't have to rule our future. Those things may burnt our past with regrets, sadness and anger but tomorrow is ours to take.

We just have to be brave.

Learn to accept that there are things we couldn't change. That there are wounds that will never heal. And it is okay to feel weak sometimes, because it is scary and painful. But it is better if we can rise, and wearing our pain like it is a crown in our head.

 Then we could learn about being beautiful.

0 komentar:

Review Desain Aplikasi Duolingo

00.16.00 kiki 0 Comments


Salah satu aplikasi android yang terkenal yakni Duolingo, aplikasi untuk belajar bahassa asing dengan cara yang menyenangkan. Duolingo adalah salah satu aplikasi android yang meraup kesuksesan tinggi karena sifatnya yang mudah digunakan dan menyenangkan.


Goal dari aplikasi duolingo ialah menyediakan aplikasi yang membantu user untuk belajar bahasa asing dengan mudah. Duolingo menyediakan strategi repetisi untuk membantu pengguna untuk belajar dengan cepat. Untuk itu desain yang digunakan duolingo cenderung sederhana, minimalis dan tidak terlalu banyak ilustrasi. 

Logo Aplikasi

Logo aplikasi duolingo menggunakan gambar ilustrasi sederhana burung hantu. Logo ini memiliki warna yang cerah dan berbeda dengan warna hijau aplikasi lainnya seperti whatsap dan line sehingga aplikasi ini mudah ditemukan dalam rangakain menu di smartphone.

Meski begitu karena menggunakan banyak warna putih jadi duolingo tidak memiliki visibility yang begitu jelas dari jarak jauh.





Interface Aplikasi

 Aplikas duolingo menggunakan bahasa yang santai dan seolah membiarkan pengguna untuk berinteraksi dengan dirinya sendiri. Kata I want to learn menunjukkan goal dari user ketika menggunakan aplikasi duolingo. 
Duolingo sendiri menyediakan pilihan bahasa yang bisa dipilih. Ketika layar disentuh pada pilihan maka tampilan menu bahasa yang ingin dipilih akan berubah menjadi abu abu sebelum diarahkan ke halaman pilihan bahasa tersebut. Berikut adalah poin interface aplikasi Duolingo yang menarik,

Pick a Goal Menu

Setelah menentukan bahasa apa yang ingin dipelajari, user akan diarahkan ke pilihan sebarapa intens user ingin belajar menggunakan duolingo. Menu ingin sangat fungsional karena tidak semua orang memiliki waktu luang untuk belajar duolingo.
Pilihan casual ditujukan untuk orang ingin secara santai belajar bahasa lain atau yang tidak memiliki banyak waktu lowong. Hal ini juga membuat user lebih nyaman dan tidak terbebani karena duolingo menyediakan pilihan program sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Hal ini juga karena duolingo memiliki sistem poin seperti game yang apabila user jarang menggunakan duolingo maka skor yang dicapainya akan turun. Sehingga pilihan ini juga lebih mendorong pengguna untuk menggunakan aplikasi ini setiap hari.
Interface duolingo juga dibuat lebih meyakinkan user dengan penambahan maskot duolingo dan kata ‘you can always chang the goal later’ yang berusaha membujuk user untuk melanjutkan kursus.
Bulatan pada menu akan berubah menjadi biru apabila dipilih. Juga terdapat tombol back jika user berubah pikiran untuk belajar bahasa lain. Setelah memilih goal tombol continue bisa dipilih, tombol akan berubaha menjadi warna abu-abu ketika di-klik atau loading untuk ke halamanan selanjutnya.




Option Path Menu
Option ini disediakan bagi user yang ingin belajar bahasa secara baru. Saat masuk ke kursus, duolingo menyadari bahwa tidak semua pengguna baru dalam bahasa tersebut. Ada user yang sudah pernah belajar bahasa yang diinginkan.
Sehingga duolingo memberi pertanyaan sesuai dengan kebutuhan konsumen duolingo. Apakah user sudah pernah belajar bahasa tersebut atau mulai dari nol. Seperti menu lainnya, menu yang dipilih akan berubah warna menjadi ab-abu ketika ditekan.
Sedangkan bagi pengguna yang sudah pernah belajar bisa mengambil tes singkat untuk mengukur kemampuan user. Di halaman tersebut juga terdapat back icon yang fungsinya sama juga dengan back menu dari smartphone biasa. Namun user cenderung menyentuh tombol back panah ketika ditampilkan di layar karena jaraknya dengan tangan lebih dekat, sehingga lebih nyaman digunakan.
Duolingo juga masih menggunakan icon atau maskot untuk mempertahankan kesan ramahnya, mengangkat palet warna abu-abu, hijau dan biru sejak awal.




  Menu kuis utama

Setelah menjalani tes, user akan amsuk pada materi utama di aplikasi duolingo. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa duolingo memberikan latihan berupa tes cepat yang diulang ulang untuk menanamkan kata kata dalam user aplikasi. Pada menu ini disediaan berbagai pilihan seperti game.
Bagi pengguna user dari basic-nya, user diajak untuk melakukan kuis basic berupa vocabulary dalam bahasa asing. Menu dibagi menjadi berbagai kategori dari verb, pronoun, greetings dan lain-lain. User haya bisa beranjak ke menu selanjutnya apabila sudah lolos tes yang pertama. 
Menu utama didominasi warna biru mencolok. Warna biru dianggap ergonomis karena secara psikologi, biru adalah warna yang membuat manusia bisa lebih produktif. Tulisan juga dibuat kontras dengan wara background-nya seperti birudan putih. Seta putih dan hitam.
Font yang digunakan san serif dengan ukuran yang tidak menyulitkan mata untuk melihat. Namun untuk para penderita rabun atau manula akan kesulitan membaca tulisan pada duolingo.. hanya saja, duolingo memang ditujukan untuk pasar anak muda.

 Transisi
Ini adalah gambar transisi dalam aplikasi duolingo. Dalam menu awal sebelum menu utama, loading screen akan berupa telur putih sedangkan bila dalam proses akan berbentuk bulat biasa.
Dalam menu utama, gambar telur saja tidak terlalu efektif karena banyak user yang mengira kalau aplikasi malah macet. Pada gambar kanan loading screen simbolnya lebih familier sehingga tidak membuat user panik.
Loading duolingo termasuk cepat dibanding aplikasi lainnya, namun loading seringkali membuat suara menjadi macet dan memperlambat kerja aplikasi dan user. Dalam GUI ini juga tidak ada back atau cancel sign sepeti di browser, sehingga user terpaksa harus menunggu hingga loading selesai.

 Setting
Di duolingo, menu yang tidak efektif adalah bagian settingnya. Karena untuk mencapai setiing tidak ada tombol langsung, namun harus memutar ke halaman awal dimana belum amsuk menu kuis.
Pengaturan ini menyulitkan pengguna yang ingin melakukan setting feedback bahkan sign in. Menu sign in juga sudah ada di awal, sehingga menu di awal masuk ini kurang efektif.


 


0 komentar:

City Promotion: Suryanegara

00.05.00 kiki 0 Comments




0 komentar:

City Tagline

00.03.00 kiki 0 Comments


10 Fakta Menarik Kabupaten Suryanegara:
1.       Penduduk Kabupaten Suryanagara berusia produktif mayoritas bekerja di sektor Swasta sebanyak 17%.
2.       Kekuatan Suryanegara ada di stabilitas ekonomi, iklim investasi yang kondusif dan terus membaik, potensi pasar yang tersedia masih besar serta kualitas infrastruktur
3.       Dalam mencapai visi dan misi menuju Suryanagara Sejahtera, Mandiri dan Berkeadilan, Kabupaten Suryanagara telah melampaui Indikator Makro Daerah dalam hal Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia, Tingkat Kemiskinan dan Tingkat Pengangguran Terbuka yang telah ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Suryanagara Tahun 2015-2020
4.       Nilai ekspor Kabupaten Suryanagara menunjukkan peningkatan yang pesat dari tahun ke tahun. Namun , jumlah volume ekspor Kabupaten Suryanagara per tahun mengalami penurunan.
5.       Suryanegara Masa Depan Investasi
Jika dilakukan hitungan pertumbuhan investasi mulai tahun 2007-2013, maka rata-rata pertumbuhan investasi kabupaten Suryanagara mencapai 44,55% per tahun.
6.       Kabupaten Suryanagara saat ini berkembang menjadi daerah tujuan investasi dalam skala regional, nasional bahkan internasional. Investasi dari penanam modal asing dan dalam negeri mengalami peningkatan dalam kurun 5 tahun terakhir.
7.       Kabupaten Suryanagara saat ini sedang mengembangkan sektor unggulan baru yaitu dengan ekonomi berbasis perikanan yang disebut sebagai konsep strategis Minapolitan.
8.       Kontribusi perikanan terhadap pendapatan daerah yang tertuang dalam PDRB tahun 2009 adalah 50,2%, (5) Kontribusi pertanian dari sektor perikanan yaitu 813.657,91 (dalam jutaan rupiah) dari total 1.622.267,13 (dalam juta rupiah)
9.        Perikanan memberikan kontribusi sebesar 1,7% terhadap seluruh pendapatan daerah Kabupaten Suryanagara.

10.   strategis Minapolitan. Strategi ini dikembangkan bersama-sama antara pemerintah, swasta dan organisasi non pemerintah untuk mencapai kondisi perekonomian yang lebih baik.



0 komentar:

Your Family is Your First and Last Shelter

05.03.00 kiki 0 Comments





Orangutan adalah hewan terancam punah di Indonesia. Kini penebangan hutan menjadi penyebab nomor satu menurunnya jumlah orangutan di Indonesia. Hutan disini sebagai rumah dan tempat perlindungan (sanctuary). Ketika hutan telah ditebang habis, yang tersisa hanya keluarga tempat kita saling mencari perlindungan.

Juga sebagai pengingat kepada manusia, yang seringkali melupakan keluarga sebagai tempat perlindungan pertama dan terakhir nanti. So, love your family :D

0 komentar:

Salah Siapa Wanita Memberontak?

22.53.00 kiki 0 Comments


Bukankah emansipasi adalah kata yang sangat ironis? Tuhan berkata jika kedudukan pria dan wanita di mata-Nya adalah sama. Namun wanita harus merangkak jauh dari titik nadir untuk bisa berdiri sejajar dengan pria di masa sekarang. Lantas jika wanita kini ‘memberontak’, siapa yang harus disalahkan?



Wanita yang hidup di jaman sekarang adalah wanita yang beruntung. Kita bebas menyulam gelar sepanjang mungkin, bebas memilih jadi petani hingga presiden, bebas memilih wakil rakyat, atau bahkan tidak memilih. Namun apakah nasib wanita selalu begitu?

Pada tahun 1281, terdapat konferensi di Perancis yang membahas apakah wanita adalah manusia atau bukan. Di India, wanita dilarang duduk di kursi seperti suaminya. Bahkan ketika Islam telah menyebar di negeri kita dan di Kitab-nya telah tertulis jika wanita dan pria berderajat sama, budaya patriark (laki-laki lebih superior dari wanita) masih subur mengikat para wanita yang ingin melihat dunia yang lebih besar dari dapur, sumur dan kasur.

Jika memang derajat pria dan wanita adalah sama, tidak akan ada Virginia Woolf yang mati-matian menulis kesetaraan lewat bukunya. Tidak ada Emily Davidson yang harus dipenjara berkali-kali karena menganggap wanita dan pria harusnya punya hak suara yang sama. Jika memang derajat wanita dan pria dianggap sama, Kartini tidak akan pernah menulis surat-surat kepada temannya di Belanda mengenai emansipasi wanita.

Kenyataannya, derajat wanita dan pria memang tidak sama. Kita sendiri yang berkata seperti itu. Tatanan sosial yang dibuat manusia telah membuat konvensi mengenai hal tersebut. Untuk itulah saya akan sangat berhati-hati bila berbicara mengenai kodrat. Karena bisa jadi apa yang kita anggap kodrat hanyalah sebuah konvensi dari tatanan sosial.

Kesepakatan tidak tertulis tentang wanita yang paling sering saya dengar adalah wanita harus lemah lembut. Hal lainnya adalah larangan bagi wanita untuk terlalu mandiri, wanita harus bergantung pada pria, dan banyak hal lain yang anda sudah pasti mendengarnya.
Bahkan konvensi tersebut tergambar dari citra RA Kartini yang tampil di lukisan yang dipajang di sekolah-sekolah dan film-film tentang Kartini. Dimana Kartini ditampilkan sebagai sosok yang keibuan dan kalem. 

Menurut saya sangat Ironis bila kita memperingati hari Kartini dengan memakai kebaya dan tampil se-feminin mungkin. Karena dalam masa hidupnya, Kartini berusaha menggebrak semua opini tersebut. Kenyataannya, Kartini adalah feminis pertama di Indonesia.

Sayangnya kata feminis atau emansipasi adalah dua kata yang takut diucapkan oleh para perempuan. Bagaimana tidak, feminisme sering kali dianggap identik dengan pemberontakan, kebencian kepada pria hingga tidak religius. Siapa wanita yang suka dianggap seperti itu?

Emansipasi wanita pada dasarnya adalah gerakan untuk melepaskan diri dari tatanan sosial yang saya sebut di atas. Tatanan sosial yang dulu membelenggu wanita untuk cerdas dan berkembang. Jika ada seorang wanita yang berkata dia menjunjung emansipasi dan mengabaikan keluarganya, yang salah bukan emansipasi wanitanya, tapi pelakunya.

Banyak juga opini yang berkata jika wanita yang buka-bukaan, hingga kontes kecantikan yang mengekspos fisik wanita adalah efek buruk dari emansipasi wanita. Menurut saya itu pendapat yang salah kaprah.

Kontes atau komersial yang mengekspos fisik wanita justru adalah musuh seorang feminis. Hingga saat ini, dunia hiburan hingga komersial masih sering mengeksploitasi wanita. Ini merupakan bukti bahwa budaya patriarki sejak jaman Romawi dan Yunani yang menjadikan wanita sebagai obyek seksual masih kental di kehidupan kita.

Lebih parah karena banyak orang yang memanfaatkan salah kaprah ini untuk menyerang para feminis. Jadilah terbentuk opini bahwa semua feminis pasti membenci laki-laki dan mencoba lari dari kodratnya. Yang saya rasa semua orang perlu pahami, feminisme membenci tatanan sosial yang menjadikan wanita sebagai penghuni kasta lebih rendah di hierarki sosial, bukan laki-laki.

Mungkin sekarang tatanan sosial sudah melonggarkan belenggunya pada wanita. Namun belenggu itu masih terasa. Jika ada yang salah dengan keluarga, yang disalahkan akan langsung wanita. Hal tersebut karena tatanan sosial berkata anak adalah tanggung jawab wanita. Setahu saya, bahkan di Kitab Suci pun anak adalah tanggung jawab baik ayah dan ibu.

Bahkan saya sering menjumpai wanita yang takut untuk mengutarakan opininya, hanya karena takut dianggap terlalu pintar oleh laki-laki. Hal ini juga menunjukkan kalau korban tatanan sosial bukan hanya laki-laki, tapi juga perempuan.

Opini publik tentang idealnya wanita selama ini sering membuat berbagai tipe perempuan takut untuk menunjukkan jati dirinya. Seorang wanita yang cerdas malah ditakuti laki-laki. Para wanita merasa harus jadi seseorang yang rapuh dan lembut dan penurut seperti tipe wanita ideal tatanan sosial kita. Bahayanya, hal ini juga membuat wanita sering kali berfikir kekerasan baik fisik maupun psikologis juga merupakan kodratnya.

Untuk itulah sebagai masyarakat modern, kita perlu bercermin kembali kepada sejarah dan bertanya: mana yang merupakan kodrat dan mana yang hanya tatanan sosial. Saya percaya bahwa laki-laki tidak lebih baik dari wanita, begitu pula sebaliknya. Pria dan wanita adalah partner dalam membangun peradaban. Untuk itulah masing-masing perlu saling menghormati dan bekerjasama.

Selamat Hari Kartini Semuanya!

Saktia Golda S
Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual
Angkatan 2013

Wonderful illustration by: Jane Rye

0 komentar:

Redefinisi Emansipasi Wanita: Sebuah Prolog

23.38.00 kiki 0 Comments



Berat banget topiknya!!!
Opps…maaf. Meski berat untuk dibaca, saya merasa topik ini sangat menarik untuk dibahas. Sebentar lagi tanggal 21 April. Tanggal 21 April peringatan apa hayooo?
Hari Kartini.
Ya, Raden Ajeng Kartini adalah sosok yang digadang sebagai simbol dari emansipasi wanita di Indonesia. Dua buah kata yang sangat kuat bukan? emansipasi dan wanita. Masing-masing memiliki sejarah perjuangan yang panjang dan dramatis. Cocok untuk film-film Hollywood yang menjual janji airmata.
Namun, bukan itu yang ingin saya tulis. Saya ingin menulis tentang masyarakat yang khilaf dan bahkan memerkosa makna perjuangan emansipasi wanita yang diimpikan Kartini. Hal ini karena salah kaprah definisi perjuangan Kartini atau bahkan definisi emansipasi wanita itu sendiri. 
Untuk itulah, mumpung momen kita tepat, mari kita renungkan kembali pergerakan emansipasi wanita. Efeknya pada wanita Indonesia modern, pro kontra serta plus dan minus-nya. Dan akhirnya, saya dan anda wanita Indonesia, bisa lebih bijak dalam menentukan masa depan kita. 
Sebagai catatan, ini merupakan sebuah hasil dari renungan, bukan bermaksud menggurui, apalagi memaksakan opini :)

---C O M I N G  S O O N---

0 komentar:

Never Mind the Bollocks, Here’s Sex Pistols!

11.12.00 kiki 1 Comments




Bagi mereka yang suka mendengarkan music punk atau rock, tidak tahu siapa Sex Pistol adalah dosa. Bagi yang belum pernah tahu genre punk atau apa itu sex pistol , mari kita baca hal yang membuat band punk ini begitu spesial untuk saya.

Sekilas, orang yang tidak suka punk akan bertanya, ‘apa sih spesialnya band yang cuman hobi teriak-teriak ini?’. Apalagi Johny Rotten, vokalisnya tidak punya suara merdu layaknya John Lennon atau senyum sejuta dollar-nya Elvis Prisley. Liriknya juga terkesan ngawur dengan kata-kata yang jauh dari romantis.  Dan yang paling parah adalah: nama band-nya cabul! Astaghfirullah!

Ya, sex pistol bakal masuk black list semua orangtua ketika musiknya diputar oleh anak-anaknya. Namun bagi saya, Sex Pistols adalah band bersejarah. Meskipun mereka bilang museum adalah ‘a piss stain’. Lebih dari omongan yang terkesan embongan, kasus kontroversi dan nama band mereka yang cabul, menurut saya Sex Pistol adalah monumen dari era punk tahun 70-an di Inggris yang sifatnya mirip dengan Hippies-nya Beatles. Meskipun mereka memiliki gaya seperti langit dan bumi. 

Memang apa yang terjadi tahun 1975 ketika band ini berdiri?

Jawabannya ada di buku textbook Sejarah Desain dahulu. Namun karena tidak semua orang membaca, saya akan menjelaskan semampu saya saja. Jadi gerakan ini merupakan suatu ekspresi akan rasa frustasi anak muda di tahun tersebut akan ekonomi yang tidak kunjung membaik (di Inggris) dan perang terus berlangsung baik di Vietnam atau perang dingin USA dan Uni Soviet.

Jika hal ini melahirkan psychedelia dan gerakan sosial hippies, nantinya, hal ini juga melahirkan generasi seperti Sex Pistols yang memulai era punk. Jika hippies memiliki pandangan yang lebih santai dengan menyebarkan cinta, punk memiliki pandangan yang jauh lebih skeptis, bahkan agresif mengenai keadaan sosial dan ekonomi saat itu.

Contohnya saja lagu Sex Pistols God Save The Queen, salah satu liriknya berbunyi there is no future in England’s dreaming yang menggambarkan rasa frustasi akan tingkat pengangguran Inggris yang tinggi pada tahun 1975. Bukannya dalam menghadapi apapun kita harusnya selalu optimis? Kenapa harus menghargai sekelompok pemuda yang teriak-teriak di mikrofon untuk mengeluhkan keadaan?

Well, satu hal yang saya sukai dari musik punk adalah kejujuran mereka dalam berekspresi. Sumpah serapah yang tidak disensor, sindiran yang menghina bahkan ratu Ingrris?! Dan tentunya sinisme mereka. Orang sinis adalah orang yang jujur dalam melihat keadaan. Dan bisa saja, lagu-lagu sex pistols adalah catatan sejarah yang paling jujur yang tidak akan dimanipulasi di masa depan. Liriknya menangkap rasa marah, frustasi akan keadaan di masa tersebut.

Dari semua hal yang membuat Sex Pistols dianggap sebagai mbah-nya band Punk, saya paling menyukai lirik-liriknya. Mendengarkan atau membaca liriknya seperti membaca sebuah puisi. Bukan jenis puisi dengan pesan rahasia dan kata-kata indah. Lirik Sex Pistols seperti puisi versi kasar dan marahnya. Namun untuk anak-anak yang besar di lingkungan kelas pekerja, lirik Sex Pistols menurut saya sangat cerdas.

Rasanya seperti dihadapkan pada sebuah puzzle. Mungkin apa yang mereka ungkapkan akan langsung dipahami oleh orang pada era mereka, namun bagi saya yang sudah lahir di jaman enak, seperti kata nenek saya, tentunya sulit memahami derita mereka dengan sebaris kata-kata yang terdengar ngaco.

Lihat saja lirik salah satu lagunya, Holiday In The Sun

 cheap holiday in other peoples misery!

I don't wanna holiday in the sun
I wanna go to the new Belsen
I wanna see some history
'Cause now I got a reasonable economy

Now I got a reason, now I got a reason
Now I got a reason and I'm still waiting
Now I got a reason, now I got reason to be waiting
The Berlin Wall

Sensurround sound in a two-inch wall
I was waiting for the communist call
I didn't ask for sunshine, and I got World War Three
I'm looking over the wall and they're looking at me

Now I got a reason, now I got a reason
Now I got a reason and I'm still waiting
Now I got a reason, now I got a reason to be waiting
The Berlin Wall

They're staring all night and they're staring all day
I had no reason to be here at all
And now I got a reason, it's no real reason
And I'm waiting at Berlin Wall
I'm gonna go over the Berlin Wall, I don't understand this thing at all
I gonna go over and over the Berlin Wall, I'm gonna go over the Berlin Wall
I'm gonna go over the Berlin Wall

Claustrophobia, there's too much paranoia
There's too many closets we went there before
And now I gotta reason, it's no real reason to be waiting
The Berlin Wall

I gotta go over the Wall, I don't understand this thing at all 
This third rate B-movie show, cheap dialogue, cheap essential scenery 
I gotta go over the wall, I wanna go over the Berlin Wall 
Before me come over the Berlin Wall, I don't understand this bit at all
I'm gonna go over the wall, I'm gonna go over the Berlin Wall
I'm gonna go over the Berlin Wall, come on come over the Berlin Wall
I don't understand this thing at all 
Please don't be waiting for me

Satu kali baca lirik lagu diatas pasti tidak akan memberi tahu kita apa-apa selain mereka liburan ke Jerman yang lagi disinari matahari kemudian ada komunis terus mungkin mereka nggak bisa Bahasa Jerman, jadinya mereka tidak paham apa-apa. Namun, yang spesial, setelah saya mencari apa itu New Belsen, arti lagu ini jadi naik pangkat dari lirik lagu teriak-teriak ke puisi yang estetis (karena estetis tidak harus cantik).

Lirik diatas bercerita mengenai sinisme grup band ini ketika berlibur di Jerman tahun 70-an. Sinisme mereka yang dituangkan dalam kata ‘new belsen’. Belsen merupakan camp konsentrasi Nazi untuk mengurung para yahudi supaya tidak berbaur dengan warga Jerman lain. Setelah berdirinya Berlin Wall, Jerman seperti menjadi New Belsen. Warga Jerman terkurung di dinding setebal dua inchi dan paraoida mereka akan komunis di seberang tembok.

Sementara itu, Sex Pistol menganggap hal ini sangat konyol. Karena semua tentunya adalah efek perang propaganda kepentingan antara USA dan Uni Soviet yang berperang dari kedua sisi dinding tersebut. I'm looking over the wall and they're looking at me adalah sarkasme mereka akan keparanoidan orang Jerman. Seolah-olah memandang tembok akan langsung menghadapkan kita pada komunis. Seolah-olah melihat komunis saja akan membuat kita langsung terkutuk. Padahal sebenarnya siapa monsternya?

Karena itulah saya sangat menyukai band ini. Karen liriknya tidak terlalu mudah seperti musik pop yang siang malam terdengar di dunia kita. Berbeda dengan musik pop yang kekinian, ada sesuatu yang diceritakan dalam setiap lagu Sex Pistols. Saya sendiri tidak akan bilang saya penyuka music punk, karena kadang-kadang musik mereka membuat kuping saya sakit. Namun yang membuat lagu-lagu band ini spesial adalah cerita dan sejarah yang tidak akan ditangkap oleh lagu-lagu Taylor Swift atau kegalauan Justin Bieber.

Banyak orang yang tidak suka dengan genre musik yang terdengar kasar atau liriknya yang penuh hinaan. Menurut saya, mereka mungkin kurang memahami pesan yang disampaikan Sex Pistols. Lirik-lirik mereka menyampaikan permasalahan sosial di UK pada jaman tersebut, yang menunjukkan, mereka adalah orang yang peka terhadap keadaan. Dan ini adalah salah satu bentuk protes mereka akan keadaan yang kacau balau pada saat tersebut. 

Meskipun jauh dari indahnya lirik lagu the beatles yang bikin damai atau classy seperti Frank Sinatra, Sex Pistols dan sumpah serapahnya, dengan sikap agresif dan urakannya tentunya tidak kalah keren. Hanya saja packaging Sex Pistol tidak indah atau bersih. Dan ini membuat grup band ini memang patut mendapat tempat di jajaran band paling berpengaruh di dunia musik maupun gerakan sosial punk. Never mind the bollocks, here’s sex pistols!



note:
credit picture here
Original artist: Jamie Reid

1 komentar: