12.22.00 kiki 0 Comments

L A M A R A N
.
.
Embun masih menyelimuti pagi ketika engkau datang ke rumahku. Kabut menyapu wajah mentari yang pucat, ketika kau berjalan bersama orangtuamu.

Aku tertunduk di sudut ruang tamu, diantara gumaman yang mengikuti kedatanganmu. Wajahmu pucat, seperti bulan yang masih enggan beranjak dari langit pagi.

Kau datang dengan baju hitam, bukan baju putih seperti yang kau bilang beberapa hari yang lalu. Aku tak berkata apa-apa, karena aku yang mengecat bajumu dan hatimu menjadi kelabu karena kagagalanku menepati janji.

Maaf, maafkan aku.

Hatiku meraung namun mulutku membisu. Jika mampu, aku ingin bersujud di kakimu untuk memohon maaf. Namun aku hanya bisa memejamkan mataku, kaku, kelu oleh pilu yang bertalu -talu.

Kau duduk di seberangku, matamu tak basah namun juga tak bersinar. Karena aku gagal memenuhi janjiku menjadi pengantinmu. 

 
Aku telah dipinang terlebih dahulu. Dan tidak ada seribu alasan yang cukup untuk menolak lamaran tersebut. Tidak pula engkau, kekasih yang kujanjikan hati dan kesetiaanku.

Aku telah dipinang terlebih dahulu, dan tidak ada kekuatan di langit dan bumi yang mampu membatalkan ikrarku. Tidak ada pilihan selain menyerahkan jiwaku pada lamaran tersebut, mau tidak mau, ini sudah menjadi takdirku.

Jika saja aku tak sebegitu sombongnya menjanjikan takdirku padamu, mungkin engkau tidak akan memandangku dengan kepedihan sedalam itu.

Jika saja aku ingat kalau ada kekuatan lebih besar dariku, aku tidak akan begitu bodohnya hingga melupakan Dia dalam rencana kita bersama.

Namun mentari telah terbangun, bulan mulai membaur dengan langit. Dan suara bacaan Al Qur'an semakin lantang menggema di sudut ruang tamuku.

Aku harus diantar oleh peminangku, menuju rumah baruku.

Tak ada guna meminta maaf atau menenggelamkan diri dalam nestapa, karena aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa.

Hanya kesedihan bertalu-talu, penyesalan yang membuat hatiku kelu.

Karena aku telah dilamar terlebih dahulu oleh malaikat kematian.
--- #30haribercerita #30hbc1804

0 komentar: